Jumat, 30 Oktober 2020

Pengalaman Bekerja di Stasiun TV: Lelah atau Seru?

Kali ini ceritaku bukan tentang jalan-jalan, tapi tentang pekerjaan. Pekerjaan yang pertama kali aku dapatkan setelah lulus kuliah adalah bekerja di stasiun TV, tepatnya di TV Satu Untuk Semua alias SCTV. Awal mula aku bisa bekerja di SCTV adalah dengan mengikuti open rekrutmen yang dilakukan oleh SCTV untuk lulusan baru dengan nama Media Development Program (MDP). Aku mengirim lamaran dan CV melalui website SCTV kemudian gak lama setelah mengirimkan berkas-berkas itu, aku mendapat email untuk ikut seleksi. Seleksi dilakukan pada bulan November tahun 2012 di Kampus ITT Telkom Bandung. Tes seleksi berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan umum, psikologi, hingga soal program TV khususnya acara SCTV. Pada saat seleksi, aku tidak berharap yang muluk-muluk, karena baru lulus kuliah jadi kuanggap seleksi itu pengalaman, kalau tidak lolos ya gak apa-apa, tapi kalau lolos yaa alhamdulillah banget. 

SCTV Tower
Sumber foto: www.liputan6.com 
shorturl.at/dfFS9 


Pengumuman hasil seleksi diinfokan melalui email pada akhir Januari 2013, dan akupun lolos. Aku harus hadir mengikuti orientasi sehari setelah email konfirmasi lolos seleksi tersebut. Untungnya jarak dari Bandung dan Jakarta tidak jauh sehingga dadakan pun tidak apa-apa. Kami melakukan orientasi selama 2 minggu, kalau tidak salah ingat yaa hehe. Kami ber-21 orang dikumpulkan dalam satu ruangan di SCTV Tower lantai 19. Pertama kali ke kantor SCTV, aku langsung takjub karena dalam gedungnya bagus banget. Di lantai 19 ada beberapa ruangan kecil dengan kaca transparan, dan ada satu ruangan besar, yang dipakai sebagai "ruang kelas" peserta MDP. Bisa disebut peserta, karena kami baru akan mengikuti orientasi, belum menjadi karyawan. Di kelas MDP, kami diberikan berbagai pengetahuan mengenai dunia TV, diantaranya adalah divisi-divisi dan jobdesk yang ada di SCTV hingga program-program atau acara yang tayang di SCTV. Kami juga diberikan pelatihan-pelatihan yang memunculkan karakter kami. Seperti kuliah, kami sering dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan suatu tugas dan hasil tugas itu akan dipresentasikan kemudian dinilai. Kami juga bertemu dengan beberapa orang dari berbagai divisi atau departemen di SCTV yang nanti akan menjadi mentor kami selama on job training. Menjelang berakhirnya masa orientasi, kami diajak outing ke daerah Bogor dan melakukan kegiatan yang meningkatkan kekompakan dan motivasi kerja kami. Selain itu kami juga diberikan tes Signature Analysis yang hasilnya digunakan untuk mengetahui kekuatan karakter kami.

Hasil Signature Analysis punyaku


Setelah selesai masa orientasi, kami diwawancara oleh beberapa kepala divisi untuk menentukan kami masuk divisi mana saja. Lalu kami diberikan hasil tidak lama setelah wawancara. Kami dikumpulkan di satu ruangan dan dibacakan pembagian divisi. Masih ingat saat itu aku deg-deg-an minta ampun karena takut masuk divisi produksi. Hahahaa.. Kenapa takut? Karena divisi produksi tampak paling melelahkan daripada divisi lainnya hehe. Akhirnya aku mendapatkan kerja di bagian Public Relations. Saaaaaangaaat bahagia dan senang banget saat diumumkan aku masuk bagian PR karena sejak SMA aku memang ingin masuk kuliah Fikom namun gak kesampaian, akhirnya kesampaian juga belajar tentang ilmu komunikasi khususnya PR. 

Bersama rekan kerja di lantai 21 SCTV Tower

Dengan terbaginya kami ke beberapa divisi, kami 21 orang peserta MDP yang awalnya bersama-sama saat orientasi menjadi berpisah. Ada yang bekerja di lantai 18 untuk divisi produksi, dan lantai lainnya namun masih tetap satu gedung yaitu SCTV Tower. Adapun untuk PR, kami di lantai 14 kemudian pindah ke lantai 21 bersama divisi Sales, R&D , Off Air, dan beberapa divisi lain. Usai diumumkannya pembagian divisi, kami menandatangani kontrak kerja On Job Training (OJT) untuk jangka waktu 1 tahun dan langsung dipertemukan dengan anggota divisi masing-masing. Aku dengan 2 orang MDP lainnya yang masuk divisi PR bertemu dengan kepala divisi dan anggota tim PR yang totalnya 4 orang. Satu bulan kemudian, divisi PR bergabung dengan divisi Off Air menjadi depatremen Marketing Communication. Jadi, selain mengerjakan tugas PR, kami juga diperbantukan untuk kegiatan divisi Off Air. 

Pekerjaan OJT di divisi PR adalah membantu tugas pegawai PR diantaranya adalah media monitoring, mengadakan press conference, membuat press release, tugas lapangan mengatur wartawan saat acara, membalas surat pembaca, melobi radio dan media cetak untuk kerjasama promosi acara, mengerjakan public service announcement (PSA), menyiapkan merchandise dan kegiatan PR lainnya. Awal kami bekerja, kami diberikan tugas media monitoring, yaitu membuat kliping berita-berita mengenai program SCTV yang beredar di media Cetak. Setiap pagi kami membaca koran, tabliod dan majalah. Selain program SCTV, kami juga meng-kliping perkembangan penyiaran televisi di Indonesia.

Hal yang menyenangkan saat menjadi PR adalah lokasi bekerja. Kami tidak hanya bekerja di dalam kantor saja tapi juga di luar kantor atau sebutannya tugas lapangan. Tugas lapangan tidak hanya di dalam kota Jakarta saja tapi juga di luar kota. Tugas lapangan luar kota pertama aku adalah ikut ke Karnaval SCTV di Karawang. Sehari sebelum pelaksanaan Karnaval SCTV, kami berkeliling radio untuk mempromosikan acara Karnaval SCTV, kadang ada artis juga yang ikut promosi. Pekerjaan aku hanya memperhatikan saja dan stand by jika dibutuhkan karena yang diwawancara oleh pihak radio adalah pegawai PR. Saat acara Karnaval berlangsung, aku membantu menertibkan wartawan yang datang dan juga melakukan dokumentasi foto kegiatan. Adapun tugas lapangan lainnya yang aku turut serta selain Karnaval SCTV adalah acara Harmoni SCTV, HUT SCTV, SCTV Music Awards, SCTV Awards dan Miss Celebrity, yang lokasinya di Jakarta. Untuk Miss Celebrity, aku pernah ditugaskan sendiri ke Bandung. Sendiri dalam hal ini adalah tidak didampingi oleh pegawai PR lainnya. Aku bersama seorang finalis Miss Celebrity berangkat ke Bandung tepatnya di daerah Lembang untuk melakukan promosi kegiatan Miss Celebrity berupa kampanye anti narkoba dan mengunjungi pusat kesehatan yang diadakan oleh SCTV sebagai bentuk CSR. Pengalaman lapangan sendiri itu sangat luar biasa dan seru, untungnya dibantu juga oleh team produksi dan team divisi lainnya jadi gak keder-keder amat saat bekerja. Finalis Miss Celebrity yang bersama aku juga ramah banget dan enak diajak kerjasama.

Berfoto bersama boyband S4 saat tugas lapangan


Selain tugas lapangan, kegiatan lain yang aku suka adalah saat Press Conference. Press Conference biasanya diadakan di lantai 8 SCTV Tower. Tugas aku saat press conference adalah di bagian registrasi wartawan dan dokumentasi kegiatan. Terkadang aku juga bantu check sound dan cek kelengkapan peralatan. Press conference adalah kegiatan yang mempertemukan artis dan wartawan, jadi saat itu bisa ketemu banyak artis dan ketemu wartawan juga. Selain itu, ada makan-makan juga bersama wartawan dan artis, jadi buatku itu adalah pengalaman yang menyenangkan banget. Perut kenyan dan bisa ketemu artis dengan mudah hehe. Press conference yang pernah aku bantu kerjakan adalah press conference SCTV Awards, HUT SCTV, Liputan 6 Awards, Top Chef Indonesia, Premier League dan lainnya. Press conference yang paling berkesan buatku adalah press conference Top Chef Indonesia dan Premier League. Alasannya adalah selain karena lokasinya di luar SCTV Tower (Top Chef Indonesia di salah satu cafe di Senayan City dan Premier League di salah satu cafe di mall Epicentrum Kuningan Jakarta), di acara press conference itu aku ketemu idolaku, yaitu chef Farah Quinn (di Top Chef Indonesia) dan Bapak Erick Thohir. Meskipun tidak sempat foto bareng (karena sibuk plus malu hehe), tapi sudah sangat senang bisa bertemu mereka secara langsung. 

Meskipun banyak pekerjaan yang seru dan menyenangkan, tentunya ada juga pekerjaan yang bikin pusing dan lelah mental, diantaranya adalah membuat perjanjian kerjasama dengan radio atau media cetak untuk promosi kegiatan, pembuatan PSA, dan menjawab telepon dari penonton. Buatku, membuat perjanjian kerjasama cukup lelah karena harus bolak-balik konfirmasi untuk dealing dengan pihak radio atau media cetak mengenai barter promosi. Tapi kadang juga ada yang langsung deal. Kalau pembuatan PSA, bikin pusing karena harus membuat dengan cermat dan disiarkan dengan tepat. Seringkali bolak-balik ke ruang produksi untuk memastikan hasil tayangnya bagus atau tidak. Lalu satu pekerjaan lagi yang bikin capek mental adalah menjawab telepon dari penonton SCTV, rata-rata memberi saran atau kritik dengan ngotot, jawabnya sampai greget heh, walaupun ada juga yaa yang santun. Benar-benar melatih kesabaran dan etika berkomunikasi. Ada juga satu tugas yang bikin deg-deg-an, yaitu pemasangan logo media partner di credit title acara live. Karena acara live, kalau salah ya gak bisa direvisi atau diperbaiki. Jadi, setiap program misalnya acara Miss Celebrity, kami kerjasama dengan radio atau media cetak untuk barter promosi. Kami promosi acara di radio atau artikel mereka, dan mereka (radio atau media cetak) menempatkan logonya di credit title setelah acara. Ini adalah tugas PR yang sangat butuh ketelitian. Logo media partner yang sudah deal, aku berikan ke team produksi, kemudian saat acara berlangsung, aku harus memastikan logo tersebut tayang. Gak jarang aku berada di ruangan kontrol saat akhir-akhir acara. Takutnya ada logo yang skip, matilah wkwkw. Untungnya gak pernah ada yang skip. Alhamdulillah aman.

Hal lain yang menyenangkan setelah acara adalah media monitoring, bagaimana senangnya artikel acara SCTV tampil di berbagai media cetak dan internet. Oh iya, ada juga 2 kegiatan rutin divisi PR yang berkesan lainnya yaitu kegiatan amal buka puasa bersama Christian Gonzales dan Media Gathering. Acara buka puasa bersama dan coaching clinic bersama Christian Gonzales dilakukan di salah satu panti asuhan di Jakarta, adalah kegiatan amal SCTV di bawah divisi PR. Lalu acara media gathering adalah acara rutin divisi PR dengan para wartawan yang telah berjasa membuat artikel mengenai program SCTV. Tahun 2013, Media Gathering dilakukan di restoran semi outdoor di daerah Tangerang. Kegiatannya adalah bagi-bagi doorprize dan makan bersama. Media gathering membuat hubungan antara PR SCTV dan wartawan menjadi lebih baik dan lebih erat.

Team Marketing & Marcomm
(aku gak inframe karena aku yang ambil fotonya huhuu)


Selama setahun menjalani on job training menjadi PR, banyak ilmu yang sudah aku kuasai. Diantaranya adalah membuat press release, membuat perjanjian kerjasama, cara berkomunikasi dengan wartawan dan media partner, cara persiapan press conference, dan lainnya. Jadi bisa disimpulkan kalau bekerja di stasiun TV, khususnya di divisi PR SCTV itu lelah tapi lebih banyak serunya dan lebih banyak senangnya. Selain pengalaman, aku juga mendapat banyak kenalan yang masih berkomunikasi dengan baik walaupun aku saudah tidak kerja di SCTV :)

Senin, 26 Oktober 2020

Mengunjungi Theme Park Tangan Raksasa di Vietnam

Cerita kali ini adalah tentang berkunjung ke negara di Asia Tenggara dengan mata uang yang lebih rendah daripada Indonesia: Vietnam! Aku memang belum punya niat untuk keliling semua negara di Asia Tenggara, namun ada satu negara yang bikin aku tertarik karena mata uangnya lebih rendah dari Rupiah. 1 Dong Vietnam setara dengan sekitar 0,6 Rupiah. Maka dari itu, ketika ada open trip ke Vietnam dengan jadwal yang pas dan budget yang sesuai, aku langsung daftar. Open trip ini diadakan oleh Okky Miraza, dulu kenal di grup Backpacker International. Kota yang kami tuju adalah kota Da Nang dan Hoi An. Sebenarnya trip ini bukan trip biasa ya, karena biasanya orang-orang berwisata ke Vietnam itu dengan tujuan kota Hanoi atau Ho Chi Minh City. Namun, di kota Da Nang dan Hoi An tersebut ada wisata yang cukup menarik. Di Da Nang ada Bana Hills, theme park dengan ikon kastil dan jembatan tangan raksasa. Kemudian kalau Hoi An terkenal dengan wisata kota tua pinggir sungai.


Jembatan tangan raksasa di Da Nang


Kota Tua pinggir sungai di Hoi An

 

Kami rombongan berangkat ke Vietnam bersama-sama dari bandara KLIA2 menggunakan pesawat Air Asia pada tanggal 7 Juli 2018 siang hari. Adapun trip kami berlangsung hanya 3 hari, yaitu sampai tanggal 9 Juli 2018. Dari Indonesia, aku naik pesawat Air Asia subuh-subuh di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3. Aku sudah berada di bandara dari sekitar jam 1 malam karena takut ketiduran di rumah. Aku berangkat dari rumah bersama mba Adel, salah satu peserta, kami janjian di Cilandak Town Square. Setibanya kami di bandara, tidur-tiduran dan foto-foto sambil menunggu waktu check in jam 4 subuh. Sebelum check in, kami juga sempat ketemu peserta lain yang satu pesawat dengan kami. Kamipun berangkat jam 5 pagi WIB dan tiba di KLIA2 sekitar jam 8 pagi waktu Malaysia. Kami sarapan, keliling-keliling KLIA2 sambil menunggu peserta lainnya hadir. Setelah semua peserta lengkap dan sudah waktunya chec in, kamipun bersama-sama check in di mesin Air Asia, lalu menuju ruang tunggu. Pesawat take off sekitar jam 1 siang menuju kota Da Nang. Kami tiba di bandara Da Nang sekitar jam 3 sore. Bandara Da Nang cukup modern meskipun tidak terlalu luas. Setelah proses imigrasi, kamipun menunggu dijemput van, tapi karena van tidak kunjung maka kami ke kota Hoi An menggunakan taksi. Perjalanan dari bandara Da Nang ke kota Hoi An hanya sekitar 45 menit- 1 jam. Jalanan pun lacar dan tidak macet. Suasana dan pemandangan di sepanjang jalan mengingatkan aku dengan suasana di kota Tasik, Jawa Barat. Kota kecil yang ramai :)

Foto di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta saat menunggu waktu check in subuh-subuh

Sarapan di McD KLIA2

Tiba di Bandara Da Nang

Pemandangan saat di perjalanan dari Da Nang ke Hoi An


Lobby hotel di Hoi An

Tiba di kota Hoi An, sekitar jam 5 atau 6 sore, kami langsung ke lobby hotel dan check in kemudian istirahat sebentar untuk mandi, sholat dan leyeh-leyeh. Sebagai syarat menginap, paspor kami diserahkan ke pihak hotel. Kami menginap 1 malam di Hoi An di tepatnya di Hotel Sunset Hoi An. Lokasi hotel tepat di depan sungai dan night market.  Malamnya, kami makan malam di restauran dekat hotel. Saat makan malam, saya bingung mau makan apa karena takut ada menu daging babi, sehingga supaya aman saya hanya pesan nasi dan sup ubi. kemudian menyebrang melalui jembatan menuju night market. Setiap malam minggu, ramai night market dengan hiasan lampu dan pedagang yang menawarkan souvenir maupun makanan. Ada juga pertunjukan kesenian dan di sungai kita bisa naik perahu. Aku dan rombongan hanya berkeliling saja untuk membeli souvenir dan jajan. Di Vietnam, selain mata uang Dong Vietnam (VND), berlaku juga mata uang dolar Amerika (USD) sebagai alat tukar.


Sup ubi, makan malam saya di Hoi An

Suasana sungai saat malam hari

Suasana night market Hoi An


Sibuk memilih dan tawar menawar souvenir

Sebenarnya kami masih ingin agak lama berada di night market, namun karena sudah mulai gerimis, kami pun cepat-cepat pulang ke hotel. Dan benar saja, sesampainya di hotel, hujan turun deras. Kamipun istirahat saja di hotel untuk mempersiapkan diri jalan-jalan di pagi hari besok. Kami bebas memilih kamar dan satu kamar diisi 2 orang. Kamar hotel cukup nyaman dan bersih, juga cukup luas untuk 2 orang. Kasurnya twin yang besar. Fasilitasnya cukup lengkap. Disediakan juga water heater dan shower, serta kulkas kecil. Di pagi hari kami mendapatkan sarapan sederhana yang disediakan oleh hotel.

Kasur twinbed berasa queenbed

Fasilitas dalam kamar

Kamar mandi hotel yang bersih



Pagi hari setelah sarapan, kami berjalan-jalan berkeliling sungai untuk menikmati suasana kota tua yang berbeda dengan suasana malam hari. Meskipun malam harinya ramai night market, namun saat pagi hari, semua bersih. Tidak ada yang berdagang di pinggir jalan dan juga tidak ada bekas sampah-sampah. Saat itu, di depan hotel kami, di taman samping sungai sedang ada pameran foto. Kamipun menyusuri sungai melihat-lihat pameran foto. Kemudian kami melewati jembatan dan menuju ke bangunan-bangunan tua yang berada di sekitar sungai. Di sana juga terdapat toko-toko yang menjual berbagai produk, baik produk souvenir klasik maupun produk modern seperti pakaian bermerek terkenal. Ada pula beberapa kuil. Ada biaya tambahan jika ingin masuk ke bangunan tua dan kuil-kuil. Karena tidak mau bayar lebih, ceritanya hemat yaa hehe, aku hanya berjalan-jalan di sekitar saja.

Ornamen di taman depan hotel

Suasana sungai pagi hari

Pameran foto pinggir sungai


Sisi jalan raya, permukiman penduduk dan hotel-hotel (bukan area wisata kota tua)

Saat siap-siap berfoto bersama di pinggir sungai

Suasana salah satu bangunan tua di kota lama


Suasana sekitar jalan raya di dekat kota tua


Jembatan menuju kota tua

Suasana di kota tua

Pintu masuk salah satu kuil

Jembatan Jepang

Pose di depan pintu masuk kuil


Setelah cukup berkeliling di kota tua, kami pun kembali ke hotel dan check out. Sambil checkout dan menunggu paspor kami dikembalikan, saya sempat foto-foto di dalam hotel. Ternyata hotel ini memiliki 2 pintu yaitu satu pintu yang menghadap sungai dan kota tua, lalu satu lagi pintu yang menghadap ke jalan raya atau jalan utama. Saat tiba kemarin, kami masuk di pintu yang berada menghadap sungai. Saat checkout, kami keluar di pintu hotel depan jalan raya. Aku juga menemukan lokasi kolam renang hotel. Kami tidak sempat berenang karena kemarin tiba cukup malam dan paginya langsung jalan-jalan. Setelah kami mendapatkan paspor, kamipun masuk ke van dan melanjutkan perjalanan ke Da Nang.

Suasana pintu masuk hotel di bagian seberang sungai
(digunakan untuk sarapan pagi dan restoran pada malam hari)

Kolam renang hotel

Suasana check out lobby hotel pintu dekat jalan raya

Pintu masuk hotel dekat jalan raya


Setelah kira-kira 1 jam perjalanan, kamipun tiba di kota Da Nang. Kami langsung menuju hotel dan check in. Namun karena kami tiba sebelum waktunya check in (kalau tidak salah check in jam 2 siang, namun kami tiba jam 12 siang), kamipun hanya menitipkan barang kami di lobby hotel kemudian lanjut ke Bana Hills menggunakan van. Perjalanan sekitar 45 menit, dan kami tiba di parkiran Bana Hills. Dari parkiran, kami ke pusat informasi dan membeli tiket terusan. Harga tiket saat itu adalah 750.000 VND, atau sekitar Rp 350.000 . Tapi karena rombongan, kalau tidak salah ada diskon, namun aku lupa saat itu diskonnya berapa, hehe.

Suasana di perjalanan menuju Bana Hills

Parkiran Bana Hills




Gerbang masuk Bana Hills

Interior lobby sebelum antri cable car

Suasana sebelum antri cable car

Tiket terusan (cable car dan theme park)

Suasana saat antre cable car

Cable car menuju theme park


Dari tempat parkir dan tempat beli tiket, kami masuk ke bangunan bergaya klasik dengan tulisan Sun World Bana Hills, kemudian jalan masuk melewati berbagai interior bagunan yang menarik , menuju tempat antri cable car. Kami pun bergantian masuk cable car. Kalau tidak salah, 1 cable car bisa diisi hingga 8 orang. Pemandangan dari cable car cukup bagus, hutan dan pepohonan. Kemudian tak lama, kami tiba di stasiun yang berada di paling atas bukit. Dari stasiun, kami jalan menuju Sunworld Theme Park. Di sanalah lokasi kastil dan jembatan emas dengan tangan raksasa. Sebelum eksplor lebih lanjut,  kami makan siang dulu di restoran yang berada di dalam themed park. kami makan siang terlebih dahulu, kebetulan di restoran tersebut disediakan makanan halal khusus di lantai 3. Nama restaurantnya Arapang, berada tepat di seberang kastil. Interoir restoran sangat bagus dan makanannya enak. Harga juga tidak terlalu mahal. Aku dan empat peserta lain hanya menghabiskan biaya sekitar Rp. 500.000 untuk makan tengah dengan menu ikan, sayur, seafood, nasi dan minuman.

View area parkir dari cable car

Pemandangan sepanjang jalan dari atas cable car


View jembatan emas tangan raksasa dari cable car

Interior stasiun cable car di atas bukit

View jembatan tangan raksasa dari stasiun cable car

Berpose di restoran

Foto bersama saat makan


Setelah makan, barulah kami berpencar untuk eksplor themed park. Aku jalan berdua saja dengan roommate aku, mba Santi. Sambil jalan, saya juga sempat jajan di 2 stand snack, yaitu jajan cemilan yang bentuknya seperti onde-onde bernama Banh Cam dan es mangga beku. Rasanya enak dan harganya tidak mahal (kalau dibandingkan jajan di theme park pada umumnya). Banh Cam persis seperti onde-onde Indonesia, dibalut wijen dan dalamnya ada kacang hijau. Kalau es mangga beku adalah buah mangga yang ditusuk stik es krim dan dibekukan, jajanan yang tidak umum kita temukan di Indonesia, mungkin bisa jadi ide cemilan dirumah, ya. 

Jajan cemilan seperti onde-onde

Banh Cam, "onde-onde"-nya Vietnam


Es mangga beku


Suasana theme park sangat ramai saat itu dan udaranya sangat segar, karena lokasinya di perbukitan. DIisana ada bagian outdoor dan indoor. Kami berdua berkeliling bagian outdoornya terlebih dahulu. Areanya sangat luas. Terdapat juga hotel dan beer cafe. Area outdoor ini dikelilingi kastil dan tanaman-tanaman hias, seperti bunga dan pepohonan. Namun yang paling ikonik di sana adalah globe Sunworld, kastil dan kuil di bukit paling atas. 

Salah satu kastil yang besar di area outdoor

Suasana theme park outdoor

Bunga hias asli

Bangunan restoran bergaya kastil

Suasana di area outdoor, bangunan yang tampak itu adalah beer cafe dan hotel

Globe Sunworld dengan hiasan bunga matahari asli

Puluhan anak tangga dengan ornamen tanaman bentuk kura-kura
Kuil di area paling atas


Kami menaiki puluhan tangga untuk mencapai kuil di area paling atas. Di anak tangga ada tanaman berbentuk kura-kura seperti sedang naik tangga juga, lucu. Kami lelah namun pemandangannya sangat bagus dan kuilnya pun bagus. Kami juga bertemu dengan peserta lain di kuil itu. Area kuil cukup sepi, mungkin karena harus naik tangga jadi tidak banyak orang ke sana. Setelah dari kuil, kami turun bersama dan menuju ke area indoor. Untuk permainan seperti roller coaster, game dan sebagainya itu berada di area indoor. Area indoor tersebut namanya Bana Hills Fantasy Park, pintu masuknya ada di salah satu kastil dekat lorong menuju stasiun cable car. Fantasy Park terletak di bawah tanah, ada 3 lantai ke bawah kalau tidak salah. Di sana sangat ramai dan sangat banyak macam mainan, ada juga panggung pertunjukan. Kita bebas masuk karena sudah membeli tiket terusan.

Area dalam kastil menuju ke Fantasy park

Pintu masuk Fantasy Park

Eskalator masuk area Fantasy Park

Panggung pertunjukan

mmm
Suasana ramai di dalam Fantasy Park


Suasaa di dalam Fantasy Park menuju lantai paling bawah


Suasana di dalam Fantasy Park sangat sangat sangaattt ramai sekali. Kami sampai pusing melihat keramaian itu. Mungkin karena area indoor dan nuansanya gelap, jadi lebih terasa sesak. Saking ramainya, kami malas untuk mencoba wahana permainan yang ada di sana. Kami hanya berkeliling, dan turun ke lantai paling bawah. Ternyata di lantai paling bawah tidak seramai lantai pertama, namun permainan di lantai bawah kurang seru. Hanya ada permainan untuk anak-anak dan permainan 4D. Kami pun mencoba salah satu permainan 4D yang antriannya sedikit. Permainan 4D nya biasa saja, tapi karena bersama teman-teman trip jadi ya berasa seru aja. 






Setelah itu kami keluar Fantasy park dan kembali ke area outdoor. Kami berkumpul di depan kastil dan menunggu peserta lain yang terpisah. Sambil menunggu, aku naik ke atas kastil dan menikmati pemandangan yang sangat indah. Kemudian melanjutkan jalan ke arah stasiun cable car menuju Jembatan Emas dengan Tangan Raksasa yang terkenal itu. Di area sekitar jembatan ada berbagai spot foto unik, salah satunya adalah patung potongan tubuh manusia. Jembatannya sendiri cukup panjang dengan warna emas dan ada bunga lavender di sisi kanan kirinya.

Patung tubuh manusia

Berpose di jembatan emas


Setelah berfoto di jembatan dan berkeliling di area sekitar jembatan, kamipun pulang ke hotel. Di perjalanan pulang, kami melewati jembatan naga (tidak sempat difoto) dan melihat air mancur naga dari kejauhan. Air mancur naga seperti icon Merlion di Singapura, berada di pinggir sungai. Sayangnya lokasinya cukup jauh dari hotel sehingga aku hanya bisa lihat dari van saja. Sesampainya di hotel, kamipun check in. Setelah check in, beberapa peserta pergi jalan malam mencari makanan, sedangkan aku tidak ikut karena cukup lelah. Aku mencoba berenang di kolam renang hotel, tapi tidak lama karena sudah malam dan area kolam renang sangat sepi, jadi takut sendirian. hehe. Setelah berenang, akupun makan popmie yang dibekal dari Indonesia kemudian tidur. Keesokan harinya, pagi-pagi setelah sholat subuh, aku dan mba Santi berdua jalan kaki ke pantai. 

Air mancur naga di pinggir sungai

Hotel tempat kami menginap di Da Nang : "Happy Sky Hotel"


Panorama pantai


Hotel kami memang lokasinya sangat dekat ke pantai, hanya 300 meter saja. Pantai berada di sisi jalan raya, dan ada biaya masuknya kalau tidak salah 10.000 VND atau sekitar Rp. 6000. Berbagai fasilitas ada di pantai, seperti tempat bilas, toilet, kolam anak, penyewaan payung, stand makanan dan jajanan. 
Pemandangan di pantai sangat bagus dan unik. Di sisi kiri kita bisa melihat patung Dewi Kwan Im dari kejauhan, kemudian di sisi lain bisa melihat gedung-gedung bertingkat, dan di sisi laut kita bisa melihat mata hari terbit. Karena masih pagi banget, pantai tidak terlalu ramai, kamipun berfoto dan menikmasti sunrise sebentar (sunrise ketutupan awan hehe). Lalu kamipun kembali ke hotel . Di jalan menuju hotel, kami bertemu peserta lain yang akan ke pantai. Aku juga mampir ke warung yang kami temui di perjalanan menuju hotel. Aku membeli biskuit dan kopi Vietnam untuk oleh-oleh. Setibanya di hotel, kami mandi lalu sarapan. Lokasi sarapan di rooftop hotel dengan menu roti, buah dan jus. Setelah sarapan, sambil menunggu waktu checkout, kami berdua ke toko oleh-oleh dekat hotel yang baru saja buka. Sebelumnya kami tidak ngeh ada toko itu karena belum buka, kami dapat info dari peserta lain yang kami temuai saat sarapan. Setelah berbelanja oleh-oleh, kami berkumpul depan hotel dan menunggu peserta lain untuk check out. Kamipun check out dan langsung menuju bandara. Seharusnya kami pergi ke patung Dewi Kwan Im dahulu, namun kata Okky Miraza, tour leadernya, waktunya tidak cukup jadi harus langsung ke bandara. Ternyata di bandara kami masih harus menunggu cukup lama sekitar 2-3 jam untuk masuk pesawat. Uniknya di Vietnam, saat akan check in, staff counter berbaris di depan counter dan memberikan salam kepada para penumpang yang akan check in. Setelah check in, kami menunggu di ruang tunggu dan karena waktunya masih lama, saya berkeliling bandara, mencoba kursi pijat, dan berbelanja Vietnam Drip set di salah satu toko. Kamipun masuk pesawat menuju KLIA2. DI KLIA2 kami berpisah, ada yang langsung pulang ke Jakarta ada yang pergi ke destinasi lain. Kalau aku extend di KL 1 malam. Berakhirlah cerita perjalananku ke Vietnam yang cukup singkat dan seru.